Silaturasep Sajagat, Rencananya Ribuan Asep Berkumpul di Garut

oleh -

GARUTMU.COM – Ribuan orang bernama Asep dari berbagai daerah di Indonesia, akan berkumpul dalam acara silaturahmi berjudul Silaturasep Sajagat di Garut, Jawa Barat.

Acara ini digagas oleh Paguyuban Asep Dunia. Selama dua hari, tepatnya mulai 1 Juli hingga 16 Juli 2023, berbagai acara digelar mulai dari pagelaran budaya sunda, tabligh akbar, santunan yatim piatu, donor darah, jalan santai hingga bazaar UMKM yang diisi oleh para Asep.

Wakil Presiden Paguyuban Asep Dunia, Asep Jaelani mengungkapkan, dari data dihimpun paguyubannya, di Jawa Barat saja tercatat ada 76.128 orang yang punya nama sama dengannya.

Dari jumlah tersebut, di Garut saja hampir bisa dipastikan ada 5.000 orang Bernama Asep akan meramaikan acara Silaturasep.

Nama Asep sendiri, menjadi fenomena tersendiri mengingat jumlah orang menggunakana nama itu saat ini jumlahnya diyakini mencapai 7 juta orang se-dunia.

Meski nama itu banyak dipakai oleh orang Sunda, tapi keberadaan orang-orang yang bernama Asep sudah menyebar ke seluruh dunia.

BACA:  Kabupaten Garut Raih Penghargaan Terbaik Ke-3 Kategori PPD 2023 dari Bappenas

“Yang tinggal di Sarajevo, Bosnia juga ada, jadi bukan hanya di Indonesia saja,” katanya.

Asep Jaelani menambahkan, nama Asep juga tidak selamanya jadi nama yang didominasi kaum pria.

Dari pendataannya, ada juga perempuan bernama Asep yang bukan berdarah sunda dan tinggal di Banjarnegara Jawa Tengah.

“Jadi sudah tidak jadi domain orang Sunda juga ternyata, ada orang Jawa Tengah yang Namanya pakai Asep, perempuan lagi,” katanya.

Ditanya soal alasan mengapa nama Asep begitu banyak digunakan, menurut Asep Jaelani, di tatar sunda, orangtua meyakini nama anak adalah doa.

Nama Asep sendiri, diambil dari kata kasep dalam Bahasa Sunda yang artinya ganteng. Orangtua yang menamakan anaknya Asep, mendoakan anaknya agar baik, ganteng.

“Sama seperti halnya Eulis untuk perempuan Sunda, asalnya dari kata Geulis yang artinya cantik,” katanya.

Ditemui terpisah, Deri Hudaya, pegiat literasi budaya yang juga Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Garut mengungkapkan, dahulu nama Asep hanya digunakan untuk kalangan tertentu, tidak bisa disematkan pada anak-anak dari kalangan masyarakat biasa.

BACA:  Kekerasan Seksual Anak Berulang di Cibatu, Enjang Tedi Desak Pemda Garut Segera Bentuk KPAID

“Sama seperti panggilan Cep, Asep, ini nama panggilan yang diberikan pada anak-anak dari orang yang memiliki strata sosial yang lebih tinggi,” katanya.

Karena ada strata sosial, menurut Deri, dahulu memang tidak sembarangan orang yang bisa diberi nama Asep atau Cecep.

Namun, seiring dengan lunturnya budaya feodalisme pada masyarakat Sunda, banyak orangtua bisa memberi nama anaknya sebagai doa.

“Berbeda dengan di Jawa Tengah, strata sosial masih mengakar kuat, karena simbol dan literaturnya masih ada dan dijaga, bukti simbolnya dijaga adanya keraton dan tatanan nilai kerajaan yang dijaga dan cukup memiliki pengaruh besar di masyarakat,” katanya.

Deri melihat, ada fenomena euphoria di kalangan orangtua pada masa lalu saat strata sosial warisan feodalisme kerajaan yang juga diikuti oleh penjajah Belanda mulai luntur.

Begitu tatanan tersebut luntur, dorongan kuat orangtua yang ingin anaknya lebih baik dari dirinya, kemudian memberi nama anaknya Asep, sebagai doa dari orangtua.

BACA:  Didorong Terus Lahirkan Inovasi, APIK PTMA Kukuhkan Pengurus Baru di Kampus UM Bandung

Berbeda dengan Deri, Asep Jaelani melihat, panggilan terhadap seseorang dengan strata sosial yang lebih tinggi, nama panggilan yang digunakan adalah Cep atau Cecep atau Acep.

Sementara, nama Asep sifatnya lebih umum dan bisa digunakan oleh kalangan masyarakat biasa sebagai doa orangtua untuk anaknya.

“Kalau untuk orang yang strata sosialnya lebih tinggi, panggilannya Cep, atau Acep, itu panggilan yang diikuti dengan nama orangnya, misalnya Cep Ari, Cep Yana,” kata Asep Jaelani.

Meski saat ini orang dengan nama Asep jumlahnya begitu banyak, Asep Jaelani mengakui, saat ini trend orangtua, terutama di masyarakat Sunda memberi nama itu kepada anaknya sudah mulai menghilang.

Anak-anak yang lahir di era 2000-an, sudah jarang yang menggunakan nama Asep.

“Mulai tergantikan dengan nama-nama Islami memang saat ini, makanya kita kuatkan lagi,” katanya. ***