Oleh: Sopaat Rahmat Selamet, Dosen dan Sejarawan Universitas Muhammadiyah Bandung
GARUTMU.COM – Sech Albar, berbeda dengan anaknya Ahmad Albar yang menekuni musik rock. Syech Albar menekuni musik gambus. Meskipun sempat Ahmad Albar pernah terjun sebentar pernah bernyanyi Dangdut pada 1979.
Ahmad Albar talenta seni musiknya mengalir dari ayahnya, Sech Albar. Menurut Etnomusicolog-pengajar di University of Piterrsburg, AS, Enreu Noah, genre rock Ahmad Albar terbangun dari musik dangdut. Ini dalam album bertajuk “Zakiya”.
Sech Albar lahir di Surabaya, pada 1908. Sekolah di Al-Khairiyah, Surabaya dan Madrasah Al-Irsyad di Batavia. Sepulang dari sekolah dia suka menyempatkan diri bermain gambus dan kasidah.
Namun Ayahnya tak suka Albar main gabus dan memetik rebana. Kalau kedapatan bermain gambus dna berkasidah, ayahnya akan membuang alat musik tersebut. Karena Albar sering bersembunyi kalau ia ingin menyalurkan hasrat berkeseniannya itu.
Ayahnya baru mengizinkan Albar bermain gambus, karena suatu sakit ia mendengar Albar bermain gambus dengan sangat merdu. Suara itu membuat ayahnya tenang.
Gambus menurut etno-musicolog, dalam buku,”Dangdut Musik, Identitas dan budaya Indonesia,” Gambus adalah alat musik petik berleher panjang tanpa papan nada. Musik Timur Tengah, sangat punya peran pada orkes Gambus. Selain Gambus dalam orkes Gambus, alat musik gendang dalam membran kecil juga ditonjolkan.
Diperkirakan Gambus masuk ke Indonesia melalui imigran dari kawasan Hadramaut, Yaman. Alwi Shahab, budayawan Betawi menuturkan dalam buku,””Saudagar Baghdad dari Betawi”. Orang-orang keturunan biasa memainkan Gambus dala sela-sela waktu, terutama malam hari.Musik jenis ini juga diminati juga oleh orang di luar keturunan Arab.
Sech Albar, hanya bersekolah hanya sampai setingkat kelas 3 SMP. Ketika usianya 13 tahun Albar mengunjungi tanah leluhurnya ke Hadraauat, Yaman. Tahun 1926 sebelum pulang ke Hindia Belanda, Albar menyempatkan diri pergi ke Aden, Yaman untuk belajar main Gambus kepada Sayyid AH bin Alwi Albar, selama 3 bulan.
Setelah tiba di Surabaya, Syech Albar memperdalam musik Gambus kepada seniman Gambus, Ahmad Faris. Lama kelamaan Syech Albar makin mahir bermain Gambus.
Denny Sakrie, dalam buku “100 Tahun Musik Indonesia”, menyebut Syech Albar memiliki grup Musik Äl-Wathon”. Namun menurut LM Isya di Majalah Pedoman Radiogids, Alwathon nama orkes Gambus di Batavia pimpinan Al-Aydrus.
Di Plot Gramofon, Sech Albar “Canary Record”, tertulis S.Albar. Albar Sendiri banyak menghasilkan plat gramofon. Rekaman plat gramofon nya pada tahun 1937 diberi judul “Zahrotoelhoesoen”.
Lagu ini bernuansa Arab dengan gaya vokal rendah diiringi pola irama Rumba yang dimainkan rebana, tamborin dan ketik-ketik atau klep. Lagu ini juga diiringi dua Gambus dan biola. Lagu tsb direkam di master Hismaster Voice (HMV).
Sech Albar pertamakali dapat kontrak dengan HMV pada 1931. Selain di HMV orkes Gambus Sech Albar juga masuk dlaam laberl “Canary”. Lewat Canary orkes Gambus Sech Albar merekam lagu bernuansa Hindustan berjudul “Ya Nasib 1” dan “Ya Nasib 2” pada 1939.
Orkes Gambus Sech Albar juga tampil di corong Radio NIROM-Surabaya. Bahkan diberi tempat tampil di studio sebulan sekali. Biasanya mereka bermain di hari Rabu malam sekitar pukul 20.30 atau 21.15, selama 2 1/2 jam.
Kali pertama orkes Gambus Sech Albar mengudara pada 1935. lagu-lagu yang dibawakan diantaranya ,Naroelcoek, Zahratoelhoesoen, Moetrifoedi dan doersami.
Pedoman Radio Gids dalam catatannya, “Ketika Malam’lah Datang” dalam Pedoman Radio Gids, 13 November 1949. Hlm 5 menuliskan, Albar adalah pelopor musik gambus di Hindia Belanda, yang bisa dinikmati semua golongan. Tak heran jika kemudian muncul generasi berikutnya seperti Al Lahdji di Makassar, S. Abas Almenaar di Palembang dan Al Usysyaag yang didirikan Husein Aidid pada 1947.
Sech Albar menikah dengan Faridah, gadis asal Maroko. Darinya Sech Albar memiliki putera bernama, Ahmad Albar. Sech Albar wafat pada 30 Oktober 1937, setelah sakit TBC.
Syech Albar dan Mohammad Sardjono
Dalam masa kepopuleran Sech Albar, ternyata dia memiliki hubungan pertemanan dengan salahsatu kader muda Muhammadiyah di tatar Sunda. Sech Albar sering kali juga tampil bersama Mohammad Sardjono, seorang kader pemuda Muhammadiyah yang juga memiliki grup Orkes (band) di zamannya.
Ini mengingatkan kita adanya persahabatan kalangan Muhammadiyah dengan sahabatnya muslim etnis Arab, seperti ayahnya Mohammad Sardjono (HM Djamhari). HM Djamhari ini berteman dekat dengan Syech Ahmad Soorkati (pemuka perkumpulan Al-Irsyad), juga dengan kalangan Arab Turki, Syech Bajened di awal abad 20.***