GARUTMU.COM – Sejak berdiri 2010 lalu, Desa Saung Ciburial mengusung konsep ekowisata dan edukasi dipadukan keindahan alam, kebudayaan dan alam kehidupan sosial warga kampung tersebut, menjadi daya gugah menarik yang khas bagi wisatawan.
Secara filosofi, nama Ciburial ini diambil dari nama sumber mata air yang “ngaburial” atau berlimpah karena tak pernah kerinh, yang letaknya di Desa Sukalaksana, Kecamatan Semarang, Kabupaten Garut.
Sumber air itu hingga kini, masih menjadi sumber kehidupan bagi warga sekitar mata air Ciburial. Karenanya, nama Ciburial kemudian dijadikan sebagai nama desa wisata, yang diharapkan dapat mengisi filosofi yang melandasi semua kegiatan yang diselenggarakan di Desa Saung Ciburial tersebut.
Filosofi tersebt semoga setiap aktivitas seperti halnya mata air yang tidak pernah surut di Ciburial. Tak Heran, apabila sumber mata air itu menjadi ikon di gerbang utama menuju Desa Wisata Saung Ciburial.
Berbagai potensi di sana, diangkat dari keseharian warga. Hal ini diharapkan menjadi sebuah tatanan yang terus dipertahankan sebagai ciri khas lokalitas Garut. Wisatawan diajak untuk mengenal kehidupan masyarakat desa dari berbagai sisi.
Misal, wisatawan bisa melihat dan belajar tentang aktivitas berkebun, bertani, dan merawat domba garut. Selain itu, wisatawan juga bisa menjajal outbond yang disediakan atau bermalam dengan cara kemping di tempat yang sudah disediakan.
Kaulinan Barudak di Ciburial
Hal yang menjadi menarik, di sini wisatawan juga akan melihat tradisi urang Sunda yang masih dilestarikan. Adalah atraksi Kaulinan Barudak Urang Lembur atau pertunjukan, yang dimainkan oleh anak-anak yang menampilkan berbagai macam permaianan dan lagu-lagu tradisional.
Pada era 90-an, Kaulinan Barudak Urang Lembur adalah sebuah permainan yang paling disukai anak-anak. Biasanya permainan ini dimainkan pada sore hari secara individu maupun berkelompok. Mereka akan bermain di lapangan atau di halaman rumah hingga Magrib menjelang.
Beberapa permainan Kaulinan Barudak Urang Lembur antara lain ngadu langlayangan, ngadu keleci (gundu), ngadu pentang, ngadu gambar, sigug, gatrik, baren, rerebonan, gobag sodor, oray-orayan dan masih banyak lagi.
Selain menjadi hiburan dan permainan, Kaulinan Barudak Urang Lembur memiliki makna yang lebih dalam. Bagi masyarakat Sunda, melalui permaianan anak-anak akan terbiasa dengan sosialisasi sehingga bisa mengenal satu sama lain. Adapun friksi yang terjadi pada saat bermain adalah sebuah hal wajar yang akan membuat pertemanan semakin akrab.
Menurut Heny Gustini Nuraeni dalam ‘Bahasa Tutur Dalam Kaulinan Urang Lembur Dalam Membentuk Karakter Anak’, permainan tradisional bisa membangun karakter anak-anak. Sebuah permainan tradisional ditemukan nilai-nilai yang dimiliki.
Misalnya ketika anak-anak Sunda menyanyikan lagu oray-orayan, mereka memainkannya dengan gembira penuh tawa, ada kebersamaan, saling menghargai, saling menjaga, ekspresif, sportif, dan jujur dalam bermain.
Tradisi Kaulin Barudak Urang Lembur, menurut Heny seharusnya menjadi tradisi yang harus terus dijaga kelestariannya dan tidak tergerus oleh permainan yang sifatnya modern. Permainan ini jika dilakukan oleh penyelenggara pendidikan terutama mulai tingkat TK sampai SMP, akan mampu mendidik karakter anak berupa pendidikan moral, atau akhlak.
Sebab, permainan ini mampu menumbuhkan rasa cinta kasih terhadap sesama, peduli pada lingkungan, melatih berfikir, melatih untuk bersifat sportif dan jujur.***