Anak Kampung Siap Melambung!

oleh -

Oleh: Tomi Omay

GARUTMU.COM – Mungkin ini adalah berkah, setelah kunjungan pak H. Enjang Tedi, anggota DPRD Jawa Barat fraksi PAN dapil Kabupaten Garut ke TBM Hegar Manah, gak ada angin gak ada hujan tiba tiba kami diundang olèh seorang yang sangat inspiratif

Tak pernah dibayangkan oleh kami kumpulan remaja kampung—yang berasal dari Taman Bacaan Masyarakat Hegar Manah, Malangbong, Garut—bisa menapaki gemerlapnya metropolis Jakarta; yang ternyata sekarang sedang berulang tahun ke-496. Tentunya bukan hanya gemerlap, tapi sangat meriah.

Pada hari Rabu, 21 Juni 2023, nyaris tengah malam, kami berkumpul di Stasiun Cipeundeuy. Untuk pertama kalinya kami berlima; Saya—Tomi, Lia, Asep, Nurul, dan Zahra, menaiki kereta. Sementara Anggit, dia sudah sering keluar kota.

Kami berlima sebagai circle kampung hanya bisa membelalakkan kedua mata melihat situasi dan kondisi yang amat asing ini. Padahal, Stasiun Cipeundeuy letaknya berada di kecamatan kami; Malangbong, tapi baru kali ini bisa menginjakkan kaki di sini, karena memang kami tidak pernah jalan-jalan ke luar. Keseharian kami hanya di kampung saja, membaca dan menulis.

Stasiun yang berdiri sejak 1893 oleh pemerintah Kolonial Belanda ini sangat istimewa, karena semua kereta yang melintas dari jalur Selatan musti berhenti di sini meski tidak menurunkan penumpang, ini sudah menjadi aturan sejak zaman Belanda.

Padahal, Stasiun Cipeundeuy bukanlah stasiun besar. Namun, karena jalanan yang terjal, maka harus berhenti dulu untuk dicek kondisi kereta mulai dari lokomotif—termasuk rem—supaya tidak terjadi hal yang tak diinginkan.

Pukul 22:00 WIB, mulai boarding dari Stasiun Cipeundeuy menuju Stasiun Pasar Senen. Sampai di Jakarta sekitar pukul 04:00 WIB, kemudian lanjut untuk salat Subuh di Masjid Istiqlal. Kami ke sana menggunakan taksi.

Untuk pertama kalinya, kami bisa naik taksi. Dulu, hanya melihatnya di televisi atau di media sosial saja, dan sekarang semua itu bisa kami rasakan secara nyata. Alhasil, tentu kami semua merasa sangat antusias dan hanya bisa tersenyum haru saking bahagianya.

Di Masjid Istiqlal, sepatu kami dititipkan terlebih dahulu di tempat penyimpanan sepatu, di sana ada bapak-bapak yang bertugas menjaganya. Selesai urusan sepatu, kami langsung masuk ke dalam masjid.

Masyaallah, luar biasa indah dan sangat besar, megah, mewah, dan keren. Mata ini sampai berkaca-kaca melihat keindahan tempat ibadah umat muslim terbesar di ASIA Tenggara ini.

Ketika hendak ke kamar mandi untuk bersih-bersih serta wudu, ada tempat penyimpanan tas yang sangat modern. Di sana tidak ada petugas yang menunggu, melainkan mesin. Layar persegi empat itu bisa disentuh seperti tablet.

Ada pilihan ukuran penyimpanan tas; mulai dari kecil, sedang, hingga besar, harganya menyesuaikan; tidak mahal. Benar-benar takjub melihat PopBox tempat penyimpanan tas ini, sangat keren dan canggih.

BACA:  Dian dan Priska, Sakit Tapi Sehat!

Melihat isi Masjid Istiqlal yang luar biasa, saya mencubit pipi, dan terasa sakit, itu tandanya ini nyata, bukan mimpi. Merinding dan terharu sekali bisa ke sini. Saya bisa salat, berdoa, dan bertemu dengan jemaah dari berbagai daerah. Di sini, kamu pun mengabadikan momen dengan mengambil beberapa foto dan video. Supaya bisa dikenang lagi ketika rindu menyelusup kalbu.

Mobil jemputan yang disediakan oleh Kak Feby—seseorang yang akan kami temui ini—datang sekitar pukul tujuh, dan segera diajak untuk sarapan menuju McD. Menapaki tempat itu untuk pertama kalinya sontak membuat kami—yang dari kampung ini—sangat excited and speechless. Di sana kami dipersilakan untuk memilih makanan, minuman, dan dessert semaunya.

Di toilet, ada wastafel tempat cuci tangan, kami lagi-lagi tercengang karena ada teknologi yang baru kami lihat, yakni ketika ingin menggunakan sabun hanya perlu menyimpan tangan di bawah alat, dan sabun tiba-tiba keluar dari sana. Mungkin bagi orang kota itu sudah wajar dan tak langka, tapi bagi kami yang dari kampung, itu sangat keren.

Selain alat sabun canggih, ada pula alat pengering yang suaranya bising sekali, sampai kaget. Saya, Asep, dan Nurul ketawa-ketawi karena kaget dengan suara angin yang keluar dari alat itu.

Untuk pertama kalinya, di sini kami bertemu dengan Kak Mulya dan Kak Ayu—Founder Komunitas Sastra Senja, yang juga turut ikut berkunjung menemui Kak Feby. Waah, seru banget. Selama ini hanya bisa berkomunikasi dengan Kak Ayu dan Kak Mulya lewat online tapi kemarin akhirnya bisa bertatap muka secara langsung. Mereka baik dan welcome.

Usai sarapan, kami melanjutkan perjalanan menuju salah satu kantornya Kak Feby yaitu di GoWork Kemang X, Jakarta Selatan. Lagi-lagi kami dibuat menganga karena untuk pertama kalinya menginjakkan kaki di sebuah kantor yang sangat keren, aesthetic, dan instagramable.

Pertemuan bersama Kak Feby takkan pernah kami lupakan seumur hidup. Motivasi, inspirasi, wawasan, pengetahuan, ilmu, energi semangat, semuanya seolah masuk ke dalam celah-celah tubuh hingga menetap di dalam rongga terdalam.

Kak Feby begitu menginspirasi, di usianya yang masih muda tapi sudah sukses membangun sebuah usaha. Selain itu, beliau juga pencetus Forum Anak di Garut, dan Nasional. Bangga sekali kami mendengarnya.

Beliau bilang, ketika kuliah di UI—mengambil jurusan hukum—pernah mengalami culture shock, tapi meski demikian tak membuat tekad kuliah itu sirna. Selama satu bulan, tidak memiliki teman karena benar-benar fokus untuk belajar. Kak Feby memilih untuk banyak-banyak berdiskusi, bertanya, dan mencari informasi kepada senior-seniornya mengenai hal apa saja yang susah untuk dipelajari.

Hingga akhirnya karena keuletannya dalam membaca, beliau mendapatkan nilai A ketika ulangan, yang berhasil membuatnya dikenal. Nyaris semua teman-temannya itu pernah diajari oleh beliau.

BACA:  Bonus Demografi dan Digital Culture

Kak Feby bilang, semua itu bukan karena pintar, melainkan beliau suka membaca terlebih dahulu sebelum memulai pembelajaran.

“Allah itu akan meninggikan orang yang berilmu,” ucap Kak Feby.

Semasa muda, beliau aktif membuat perkumpulan atau komunitas untuk orang-orang baik, dan melakukan hal-hal baik, hingga berlanjut sampai kuliah.

Ketika kuliah pun, tak aktif di kampus saja, tapi di luar juga demikian, salah satunya, beliau membuat Indonesian Youth Inspiration.

“Isinya orang-orang seperti Kang Purna, dll. Dari Bandung, Jogja, Surabaya, Jakarta, Garut. Dulu, kita konsennya di edukasi, budaya, dan sosial,” ujar beliau.

Dari banyak latar belakang; berbagai macam skill, background, menghasilkan sesuatu yang powerful, luar biasa, dan unthinkable, hal yang tak mungkin menjadi bisa karena melakukannya bersama-sama. Tekad yang tentunya baik, kuat, serta mindset yang terlalu hebat, membuat semesta mendukung kegiatan mereka.

Masuk ke S2, beliau mendapatkan beasiswa jalur prestasi dari Nadiem Makarim, mengambil jurusan ekonomi bisnis.

“Jakarta itu bisa jadi opportunity sekaligus tantangan.”

“Tidak ada yang tak mungkin.”

“Meskipun kita tinggal di lokal, harus berwawasan global.”

“Forward by thinking!”

“Kita musti tangguh.”

Perkataan-perkataan beliau masih terngiang-ngiang. Rasanya semua yang beliau ucapkan sangat berdaging dan benar-benar memicu semangat kami yang dari kampung ini supaya semakin giat lagi membaca, belajar, dan berkarya.

Ada kisah lain yang beliau sampaikan terkait pertama kalinya nembangun perusahaan, sangat menginspirasi sekali. Beliau saat itu open rekrutmen untuk anak-anak magang. Salah satunya yang bergabung ialah Kak Ayu yang masih kuliah, sedang menyelesaikan tugas akhir.

“Ayu bikin logo dan branding segala macam, keren,” ungkap Kak Feby.

“Dulu, ada salah satu perusahaan saya Intelpay, saya masih inget, itu tugas akhirnya Ayu. Intelpay itu intellegent payment, jadi … pembayaran pintar. Sampai digugat oleh Intel Corporation Amerika,” jelasnya.

Beliau kaget dan senang karena sampai digugat oleh Intel Corporation Amerika, hingga datang dua lawyer-nya. Kenapa senang? Dikarenakan sekelas Intel Corporation menotice perusahaan beliau yang masih baru. Namun, meski begitu beliau tidak takut, tidak mundur, tidak menyerah.

Justru, Kak Feby berjuang, beliau mendatangi seseorang di Kelapa Gading—Pejabat Sementara Penyelesaian Sengketa Hak Kekayaan Intelektual. Di sana Kak Feby menjelaskan semua yang tengah terjadi padanya. Berani.

“Ketok-ketok pintu gak malu,” ujarnya sambil tertawa kecil.

Masyaallah, akhirnya berkat usaha yang tak pernah usai itu, perusahaan beliau menang.

Kata Kak Feby, ada 3 support yang menguatkan kita menapaki tantangan yang terjadi di dalam hidup ini:

1. Mindset-nya harus benar, karena mindset akan membantu kita menguatkan solusi, memiliki komitmen, sehingga bisa konsisten.
2. Skill set harus selalu ditingkatkan, dan bijaklah dalam memilih teman.
3. Tools set juga harus oke.

BACA:  Asah Skill Menulis Opini

“Bertemu dengan teman-teman ini lebih penting bagi saya,” pungkas beliau, yang berhasil membuat kami merasa lucky sekali.

Tak hanya dari Kak Feby saja, banyak pula motivasi hidup yang kami dapat dari Kak Purna, beliau adalah seorang MC dan reporter TVRI. Perjalanan hidupnya benar-benar menginspirasi. Beliau dari kampung yang sangat jauh dari yang namanya kota, untuk sekolah pun menghabiskan jarak tempuh yang jauh. Keadaan ekonomi yang sangat sulit membuatnya harus bergelut dengan dua kegiatan yang sukar untuk dilakukan bersamaan, yakni kerja dan kuliah. Namun, meski demikian beliau bisa menjalani keduanya.

Saat ini, beliau sedang membangun sekolah di kampungnya, yang sangat dekat dengan rumah warga, supaya tidak ada lagi yang kesulitan mendapatkan pendidikan seperti pada zamannya dulu. Masyaallah.

Selesai dari pertemuan bersama orang-orang hebat ini, dilanjutkan ke Taman Ismail Marzuki, di sana ada ‘Lomba Musikalisasi Puisi HUT 85 tahun President Penyair’. Tak lama dari sana, dilanjutkan setelah magrib menuju Pusat Perfilman Usmar Ismail, Rasuna Said, Jakarta Selatan.

Di sana ada acara ‘Perayaan Harlah Lesbumi ke-63 tahun’, dihadiri langsung oleh Ketua Umum PBNU dan beberapa orang hebat serta aktris dan seniman. Salah satu teman kami pun—Anggit—berkesempatan untuk membaca puisi di sana. Luar biasa!

Hampir tengah malam, kami on the way pulang ke hotel yang sudah disediakan oleh Kak Feby. Hotelnya sangat besar, di tempat kami menginap ada 3 kamar, ada dua kamar mandi, dapur, tempat makan, nonton, dan balkon. Keren banget pokoknya!

Saya betah sekali ketika berfoto-foto di depan cermin, karena hasilnya sangat bagus, aesthetic dan berasa jadi seleb, haha. Bercanda.

Semalaman tidur di hotel terasa nyaman banget. Biasanya saya tak bisa tidur di tempat baru, tapi waktu itu, malah sangat pulas tidurnya. Mungkin karena lelah seharian ke sana-kemari.

Besoknya, kami siap-siap berkemas, karena akan kembali ke kampung menaiki bis. Kak Riski; asisten Kak Feby, datang ke hotel, memberikan sarapan dan titipan sesuatu dari Kak Feby. Masyaallah.

Kami sangat terharu dan bahagia bukan main. Semoga Allah selalu melancarkan kegiatan positif orang-orang baik ini, sehat selalu dan panjang umur dengan diisi ibadah pada Allah Ta’ala. Amin.

Menggunakan Grab, kami pergi dari hotel menuju Terminal Kampung Rambutan dan naik bis dari sana menuju ke Malangbong, Garut.

Masyaallah, perjalanan yang begitu indah dan bertabur pengetahuan ini takkan pernah kami lupakan. Ini adalah perdana kami bisa ke Ibu Kota, bertemu orang-orang terkemuka, sampai mendapatkan banyak ilmu darinya.

Terima kasih, Abah Zaenal.

Terima kasih, Kak Feby dan teman-temannya.

Sukses untuk TBM Hegar Manah! ‘Religius, cerdas, berkualitas!’

Salam Literasi!